SOE-flobamora.news.com – Sejak tahun 2007 hingga Desember 2021 tercatat 147 warga Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) meninggal akibat HIV/AIDS. Tercatat 457 warga menghidap HIV/AIDS selama periode tersebut. Hal ini disampaikan oleh Sekertaris Komisi Penanggulan AIDS Kabupaten TTS, Okto Nabunome saat kegiatan penggalangan dukungan dan pemberdayaan program kegiatan dalam rangka penanggulan HIV/AIDS di Aula.Dinas P3A pada, Rabu 23 November
Hadir dalam kegiatan ini, Wakil Ketua Tim Penggerakan PKK Kabupaten TTS, Jennie Boboy, mewakili Puskesmas Kota, dr. Timy Tahun, mewakil Dinas Kesehatan, Stef Tupen dan beberapa undangan lainnya.
“Sejak tahun 2007 hingga Desember 2021 tercatat 457 warga TTS terinfeksi HIV/AIDS. Dari total tersebut, 147 di antaranya meninggal dunia,” ungkap Okto
Menurut Okto, Kecamatan Kota Soe. menjadi kecamatan dengan jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi di Kabupaten TTS. Ada yang berprofesi sebagai guru, ASN maupun pegawai swasta. Setelah itu ada Kecamatan Mollo Selatan, Kuatnana dan Amanuban Selatan dengan kasus yang juga tinggi,” terang mantan Kadis Perikanan Kabupaten TTS ini.
Stef Tupen menghimbau masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif terhadap orang dengan HIV/AIDS. Masyarakat tidak perlu takut untuk berinteraksi dengan penderita karena virus HIV/AIDS hanya menular lewat darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu. Berjabatan tangan, duduk bersama, berbincang dan makan bersama tidak bisa menularkan virus tersebut.
“ Kita tidak perlu takut berlebihan dengan mereka yang menderita HIV/AIDS. Mereka butuh dukungan kita. Kita bisa tetap hidup berdampingan dengan mereka tanpa perlu mengucilkan atau menjauhi mereka,” imbau Stef.
Wakil ketua Tim Penggerak PKK, Jennie Boboy mengatakan, program PKK akan mendukung KPAD Kabupaten TTS dalam upaya meningkatkan pola hidup sehat agar tidak terinfeksi HIV/AIDS. Selain itu, Tim Penggerak PKK juga akan mendorong pembentukan warga peduli HIV/AIDS guna mencegah dan menggendalikan penyebaran HIV/AIDS.
“Kita akan mendorong pembentukan warga peduli HIV/AIDS baik di tingkat kelurahan maupun desa,” tegas Jennie.
Dr. Timy Tahun mengatakan, penanganan kasus HIV/AIDS gampang-gampang susah. Dimana kesulitannya, pasien HIV/AIDS cenderung menyembunyikan diri dan tidak mau terbuka kepada petugas medis. Selain itu, stigma negatif masyarakat semakin membuat penderita HIV/AIDA terkucil dalam pergaulan.
Dirinya menyarankan kedepan pihak Puskesmas bisa diberikan kewenangan untuk menyalurkan obat ( untuk menekan perkembangan virus HIV/AIDS) bagi penderita HIV/AIDS.
“Selama ini kita di puskesmas hanya sebatas memberikan konseling atau sosialisasi dan memberikan rujukan. Kedepan, Puskesmas harus diberikan kewenangan untuk menyalurkan obat untuk penderita HIV/AIDS,”, pungkasnya.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.